Jakarta, Anda mungkin berpikir bahwa bayi akan lebih baik jika langsung dapat berjalan tanpa perlu melalui proses merangkak, Tetapi melewatkan proses merangkak ternyata dapat menyebabkan sejumlah masalah bagi anak di kemudian hari.
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa merangkak berhubungan dengan perkembangan tubuh bayi termasuk koordinasi antara mata dan tangan, ketajaman penglihatan di kemudian hari, serta kemampuan membaca dan menulis. Selain itu, beberapa studi juga telah menunjukkan bahwa kurangnya merangkak dapat berhubungan dengan gangguan pemusatan perhatian/ADHD dan autisme.
Seperti dilansir All Parenting, Senin (19/11/2012), tidak semua bayi merangkak dengan cara tradisional, yaitu dengan bertumpu pada kedua lutut dan tangannya. Beberapa bayi merangkak dengan cara menggeser perut dan menyeret kakinya atau juga dengan gaya kepiting, yaitu satu lutut dalam posisi merangkak dan kaki lainnya datar di lantai.
Merangkak dengan bertumpu pada perut dapat menimbulkan tekanan yang kuat dan terus-menerus pada perut. Meskipun merangkak dengan metode ini belum terbukti menyebabkan masalah di masa depan, orangtua perlu mendorong bayi untuk merangkak dengan cara tradisional.
Jika Anda khawatir dengan cara bayi merangkak yang tidak biasa, konsultasikan dengan dokter anak dan mendapatkan rujukan ke ahli terapi fisik jika diperlukan.
Untuk mendorong bayi agar dapat merangkak, perbanyaklah kesempatan bermain bayi di lantai dan kurangi frekuensi penggunaan kereta bayi atau ayunan. Tempatkan mainan favorit bayi di luar jangkauannya, sehingga bayi terdorong untuk menggerakkan tubuh, merangkak, dan meraih mainannya.
Orangtua juga harus lebih banyak meluangkan waktu untuk menemani sekaligus mengawasi bayi Anda ketika bermain dan merangkak. Bila anak telah berusia 6 atau 7 bulan, ajak anak untuk merangkak melewati sebuah terowongan yang Anda buat dengan menggunakan kardus yang membuatnya lebih tertantang.